Posted in Complicated

Complicated 8


 BAB IV

NEW SECTION

36281483_464913217302783_6205284701045784576_n

4.1 Let Me Tell You The Truth

Woohyun tersenyum. Aku merasa pagi ini adalah pagi terbaik yang pernah ada di dalam hidupku. Bagaimana tidak? Saat mataku terbuka aku bisa melihat wajah tampannya yang tersenyum hangat sehangat sinar matahari pagi yang kaya akan manfaat. Oke, sekarang bahkan pola pikirku sudah mirip Woohyun.

“pagi” jawabku dengan suara parau. Yah, namanya juga baru bangun tidur jadi wajar kan suaraku begini.

Namun, Woohyun perlahan mendekatkan wajahku ke wajahnya. Jangan-jangan! Ini… yang namanya morning kiss. Oh tidak nafasku bau! Tapi … mau bagaimana lagi selain membalasnya? Aku mengalungkan tanganku di lehernya. Lalu…

***

NOONA SADAR DONG! MASAK ADIK SENDIRI MAU DISOSOR JUGA!”

Saking kagetnya aku sampai hampir terjatuh dari kasur. “Kim Myungsoo! sedang apa kau disini?”

Myungsoo merengngut kesal. “iya, aku tahu noona kangen Woohyun hyung. Tapi tidak sampai menjadikanku sasaran juga kali!” kata myungsoo sembari merapihkan kemeja kotak-kotak yang ia kenakan. Adikku ini sekarang sudah menjadi mahasiswa dan lagaknya lebih menyebalkan. Tapi disisi lain dia juga jauh lebih dewasa dari pada sebelumnya.

“aku ada kuliah pagi nih, nanti aku pulang telat soalnya mau latihan basket” katanya lalu melangkah keluar dari kamarku.

“hati-hati bawa motornya! Jangan ngebut-ngebut!” teriakku.

“iya” balasnya sebelum dia benar-benar pergi.

Hari ini aku dapat jatah libur karena kemarin aku lembur sampai pulang subuh. Ngomong-ngomong sekarang sudah 2 tahun semenjak Woohyun terakhir pulang kesini. Lagi-lagi aku memimpikannya. Benar kata Myungsoo kalau aku sudah merindukannya. Rindu berat.

Kakiku akhirnya melangkah keluar kamar. Namun baru juga keluar kamar seseorang sudah menerobos masuk kedalam apartemenku. Aku kira Myungsoo yang lupa sesuatu ternyata dia adalah Lee Sungyeol. Ah! dia sudah semakin sibuk karena sering keluar negeri untuk urusan bisnis fashion miliknya. Sungyeol sendiri sekarang menjadi penerus bisnis ayahnya dan juga sukses di bisnis yang dia bangun sendiri. Aku turut senang.

Sungyeol meringis bodoh ketika melihatku lalu melepas kaca mata hitamnya. Lihat saja penampilannya yang bak model nyasar itu. Tapi Sungyeol memang super cantik dan tinggi. Aku rasa kalau dia mau menjadi model, pasti tidak akan sulit. “hai saudaraku. Baru bangun, ya? tadi aku ketemu si tampan di bawah katanya kau hampir menjadikan dia pelampiasan rindumu, ya?”

“ngapain kau perduli dengan omongan bocah tengik itu?” balasku lalu melangkah ke dapur untuk melegakan tenggorokanku yang super kering.

Tapi saat aku membuka kulkas, isinya hanyalah botol susu kosong dan sebotol air mineral. “astaga Myungsoo… sudah kubilang untuk belanja kebetuhuan sehari-hari tapi tidak dilakukan juga, dasar brandalan pembangkang kurang ajar”

“sabar gyu, sabar … lebih baik kau mandi dan kita sarapan di luar. Setelah ini, aku antar belanja kebutuhan sehari-hari. Kau tidak boleh jadi kakak kandung cap kakak tiri, dong. Myungsoo kan seorang remaja yang baru masuk kuliah, jadi dia pasti banyak sekali kegiatan”

“kau benar juga. Baiklah, kalau begitu aku mandi dulu”

“okay”

***

            “jadi sebentar lagi Woohyun akhirnya kembali?”

            Aku membenarkan kata-kata Sungyeol. Iya, memang sebentar lagi Woohyun pulang. Tapi aku tidak tahu kapan. Dia memang sangat-sangat membuatku kesal setengah mati gara-gara tak menghubungiku sama sekali. Pesanku pun tak di balas juga.

            Aku dan Sungyeol hari ini menghabiskan waktu bersama. Karena memang sudah lama sekali Sungyeol tak mengangguku. Yah, kami saat ini ada di usia untuk tidak bisa bermain-main. Aku juga harus kerja untuk membayar uang cicilan apartemen agar nanti kami memiliki tempat tinggal di Seoul. Ayah dan ibuku sendiri bertugas membiayayai kuliah myungsoo jadi sebagai anak pertama dan sudah lulus aku berkewajiban untuk mengurus diri sendiri.

“begitulah, Sungyoon bilang begitu” jawabku.

Oh iya, saat ini Sungyoon juga berada di Cambridge. Katanya sih ada kerjaan disana selama sebulan. Katanya juga dia sering ke Massachusetts  untuk ketemu Woohyun dan menghadiri wisuda Woohyun sebagai wali. Memang ya? manusia laknat itu selalu berhasil membuatku kesal. Mentang-mentang aku tidak bisa kesana terus dia bisa seenaknya saja membuatku panas, begitu?

“bagus dong!”

“iya sih, tapi aku itu sebagai pacarnya malah tidak tahu apapun. Kapan dia pulang, kapan dia selesai kuliah, dan sebagainya. Menyebalkan tidak, sih?”

Sungyeol menyedot iced americano-nya sembari manggut-manggut. “Tuhan memberkatimu” kata Sungyeol kemudian.

Dilihat dari eskpresinya sih, sudah jelas dia tak menunjukkan rasa prihatin atau simpatik sedikitpun. Malah dia seperti mentertawakanku sekarang. Sahabat gila!

***

            Aku jelas sangat kesal ketika melihat foto yang di kirim oleh Sungyoon barusan. Foto itu adalah foto wisuda Woohyun.

            “Choi Sungyoon! Jangan dekat-dekat Woohyunku!” teriakku tak terima begitu sambungan video call kami tersambung.

Sungyoon sendiri tertawa keras menunjukkan kebahagiaannya yang hakiki. Wajah kurang ajarnya bahkan tampak mengjekku dengan puas.

“sini dong makanya. Kerja terus” kata Sungyoon

“menjauh dulu dari Woohyun. Dia bisa tertular virus anjing gila!” kataku lagi.

Bagaimana tidak? Sungyoon tambah memamerkan dirinya yang memeluk Woohyun yang sedang tertidur. Dasar gila! Berani-beraninya dia menyentuh Woohyunku. Bahkan aku bisa melihat kegelihan Woohyun yang pasti sedang mimpi buruk gara-gara Sungyoon nempel seperti upil padanya.

“dia manis, ya? seperti bayi kalau sedang tidur”

Aku pun tersenyum.

“kapan pulang?”

“besok. Setelah pekerjaanku disini selesai kami akan pulang. Mungkin sampai disana pagi atau mungkin juga di tunda. Soalnya masih belum pasti”

“baiklah. Kalau begitu hati-hati. Kalian jangan lupa makan juga”

“iya ibu tiri yang baik. Jadi makin sayang kalau kau perhatian begini”

Aku terkekeh. Sungyoon memang gila, tapi dia cukup menghibur. “aku tutup dulu. Kau tidur sana”

“iya, iya… sampai jumpa putri fiona sayang. Aku sayang padamu tapi masih besar sayangku kepada Woohyun, sih”

“tidak usah di jelaskan, aku sudah tahu kok!”

Kataku yang sudah terlanjur emosi dan menutup sambungan video call kami.

***

Hari ini aku harus pergi kekantor seperti biasa. Bekerja, di marahi oleh atasan, di kejar deadline atau bahkan bisa lembur. Tidak masalah, meski aku stres juga sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi? tanggungan hidupku masih banyak dan aku juga bukan dari keluarga kaya raya. Bekerja lembur bagai kuda adalah hal yang biasa bagiku.

“noona! Aku berangkat duluan!” teriak Myungsoo begitu aku baru saja selesai membuat sarapan.

“ya! sarapan dulu!”

Myungsoo tak menggubrisku dan hanya meneguk segelas susu yang sudah kusiapkan. “tidak sempat, aku akan sarapan di kantin” katanya lalu berlari keluar setelah buru-buru memakai sepatunya.

Sejujurnya anak itu masih membuatku khawatir. Contohnya seperti sekarang, saat dia melewatkan sarapannya. Awalnya Myungsoo ingin tinggal sendiri tapi jelas ayah dan ibuku tidak setuju. Kalau aku sih, terserah dia saja. Bagaimanapun juga Myungsoo adalah laki-laki yang sudah dewasa.

Selang beberapa saat kemudian bell apartemenku berbunyi. Pagi-pagi begini? Ada tamu? Ayolah, jangan membuatku bingung.

“minho?” gumamku begitu aku melihat wajahnya di layar intercom.

Tidak banyak berpikir, aku pun membuka pintu dan melihatnya berdiri dengan masih mengenakan kemeja putih dan dasi yang rapih.

“ada apa?” tanyaku begitu membuka pintu apartemenku.

“gyu, boleh minta satu botol susu tidak? Aku lupa membeli persediaan makananku” katanya dengan wajah menyedihkan.

Aku pun tertawa geli. Rupanya sosok minho yang perfeksionis pun bisa lupa juga. “untungnya kemarin aku sudah belanja, masuklah. Ngomong-ngomong sarapan disini saja, aku sudah buat sarapan tapi Myungsoo tidak mau sarapan. Katanya sudah terlambat”

“kebetulan, kalau begitu baiklah. Lagi pula ini gratis, kan?”

“gratis” jawabku.

Ya begitulah kami sarapan bersama. Lagi pula kami berasal dari desa yang sama dan sekarang kami bertetangga. Tidak ada salahnya, kan?

“ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan akhir pekan nanti?”

“entahlah. Aku mungkin akan ke rumah Boohyun oppa

“ah, kau masih berhubungan dengan mereka. Aku kira kau sudah jarang kesana semenjak Boohyun hyung menikah”

“mana mungkin begitu. Jihye eonnie kan juga sering kesini membawa makanan. Kau saja yang terlalu sibuk di kantor”

“ah.. benar, aku sangat sibuk akhir-akhir ini”

“iya-iya, mentang-mentang kau jadi wakil manager jadi sok menyebalkan begitu”

Minho tertawa kecil dan memilih untuk menyelesaikan sarapannya. Begitupun denganku.

“oh iya, kalau akhir pekan tidak ada acara, aku ingin mengajakmu pergi ke workshop yang di adakan kantor kita. Manajerku bilang, aku boleh mengajak satu orang lagi untuk pergi”

“benarkah? Tapi kenapa kau mengajakku?”

“kau kan teman dekatku. Lagi pula workshop ini akan sangat berguna untukmu”

“hmm… baiklah. Tapi aku tidak janji, ya”

“tentu saja, itu kan hakmu”

***

Hari-hariku terasa hambar dan menyebalkan seperti biasa. Tapi hari ini cukup menyenangkan dan merupakan hari paling membahagiakan bagi seluruh karyawan di perusahaan tempatku bekerja. Karena hari ini hari gajian!.

Tapi aku segera mendesah karena aku tahu, uang di dalam rekeningku ini tidak akan bertahan lama disana. Aku harus membayar uang cicilan apartemen, listrik dan air. Baju baru pun rasanya aku tidak sanggup membelinya.

“hah… kapan hidupku membaik” gumamku.

Kalau di pikir-pikir hidupku memang menyedihkan, sih. Sejak dulu bahkan. Terlambat lulus dan membuat ayah ibuku malu. Lalu, kondisi keluargaku yang tidak jelas. Ayahku pernah tertipu oleh temannya sendiri dan uang yang seharusnya di gunakan untuk membiayayai kuliahku hilang. Lalu bisnis kami kebakaran. Entahlah, ini semacam ujian dari Tuhan atau memang kami di takdirkan untuk menyedihkan begini.

Kakiku melangkah gontai begitu keluar dari kantor. Tapi tiba-tiba seseorang memanggilku sembari membunyikan klakson mobil.

“Sunggyu! mau pulang?”

“iya”

“naiklah, kita pulang bersama”

Tanpa pikir panjang. Aku naik begitu saja. Yah, lagi pula kami kan tetangga.

“aku dengar kau di promosikan menjadi manajer, ya?”

“begitulah”

“tidak heran, sih. Sejak dulu kau memang anak yang pintar dan selalu bisa di banggakan. Ibuku saja sampai membanggakanmu juga”

Minho pun hanya tertawa kecil. “kau juga bisa”

“kau bercanda? Aku masuk ke perusahaan ini saja sudah merupakan keajaiban” jawabku.

“jangan begitu”

Begitulah. Aku pulang dengan Minho hari itu. Kami juga sempat mampir untuk makan karena Minho bilang dia ingin mentraktirku untuk merayakan promosinya. Tentu saja sebagai seorang teman dekat yang juga tumbuh bersama sejak kecil aku mau dan turut berbahagia dengan promosinya.

***

Mungkin seharusnya, hari ini aku benar-benar harus menyediakan jantung cadangan. Aku syok berat saat turun dari mobil Minho, tiba-tiba Woohyun sudah ada di depanku.

“oh! rupanya begini saat aku tidak ada” katanya lalu berjalan pergi begitu saja.

Loh? Begini bagaimana? Aku bingung dan menatap Minho yang juga baru turun dari mobil. Aku pikir ini halusinasiku saja, tapi rupanya Woohyun benar-benar sudah kembali dan dia salah paham.

“sepertinya dia salah paham” kata Minho.

Tanpa pikir panjang aku mengejarnya.

“woohyun! Tunggu aku!” teriakku mengejarnya yang sudah ngacir begitu saja tanpa mau mendengar penjelasanku.

“hey! Tunggu dulu, kau salah paham” kataku yang sudah berhasil menarik ujung jaketnya. Nafasku sedikit tak beraturan tapi rasanya juga hampir berhenti saat tatapan mata Woohyun begitu tajam menusukku.

“tapi faktanya kalian pulang bersama bukan?”

“Minho kan hanya temanku, tidak lebih”

“memangnya kau tahu dia memanggapmu lebih dari teman atau sekedar teman saja?” katanya sinis.

“kau bahkan tidak tahu sama sekali perasaanku saat ini, kan?”

Kali ini aku lebih tak mengerti dengannya. Ayolah, dia baru kembali dan seharusnya dia tahu kalau aku merindukannya. Bukannya memelukku atau apa, tapi dia justru mengajakku bertengkar seperti ini.

“Hyun, aku pikir kau sudah berubah. Sepertinya kau tetap menjadi Nam Woohyun yang dingin dan menyebalkan. Kau tahu tidak kalau di banding dengan masalah kecemburuanmu yang tidak masuk akal ini, aku lebih tersiksa karena merindukanmu. Tapi apa? kau justru mengajakku bertengkar sekarang!” kataku yang juga mulai tersulut emosi.

“tidak masuk akal?”

Woohyun memicingkan matanya dan menghela nafas. “baiklah. Dimanatamu, aku memang hanya seorang bocah sampai kapanpun. Aku memang tak pernah menjadi laki-laki yang dewasa karena selalu bersikap kekanak-kanakan. Itu maksudmu, bukan?”

“tidak. Bukan begitu”

“baiklah” katanya memotong ucapanku. “aku pulang dan asal kau tahu, tadi aku menjeputmu di kantor” katanya yang jelas membuatku syok.

“Tapi rupanya kau lebih memilih pulang dengannya” tambahnya lagi dengan nada sinis, dingin, jutek seperti biasanya. Tapi kali ini lebih ngeri.

Aku pun diam mematung melihat Woohyun melangkah menuju motor yang terparkir tidak jauh dari tempat kami berdiri tadi. Perlahan aku mulai mengerti kenapa Woohyun marah.

Dia meliatku pulang bersama dengan Minho dan kemungkinan besar dia juga melihatku makan bersama Minho tadi. Tamatlah kau Kim!

***

“mana Woohyun hyung?” tanya Myungsoo begitu aku sampai di apartemenku.

“hah? Kau tahu dari mana kalau Woohyun sudah pulang”

“tadi dia kan kesini. Lihat nih, aku di bawakan Gaming Keyboard terbaru yang belum di rilis di korea! Hebat kan?  Woohyun hyung juga membawa makanan untuk noona, tuh”

Kata Myungsoo dengan wajah berseri-seri sembari mengelus-elus kotak Key baru miliknya yang di berikan Woohyun.

“myung, kau makan saja duluan. Aku harus menyusul Woohyun”

“huh? Ada apa, sih?”

“pokoknya aku pergi. Bye!” kataku kemudian buru-buru pergi.

Baiklah, Kim Sunggyu kau sudah gila dan tidak tahu diri. Bagaimana bisa kau membuat Woohyun marah, hah? Kau gila!

Aku melangkah cemas menyusuri jalan kompleks perumahan menuju kediaman keluarga Nam. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku meyakinkannya kalau semua ini hanyalah salah paham? Aahh!!! Aku merusak segalanya.

Woohyun sengaja tidak mengatakan padaku ketika dia kembali dan dia mungkin ingin memberiku kejutan dengan datang tiba-tiba ke kantor untuk menjemputku pulang.

TAPI APA YANG SUDAH AKU LAKUKAN?

Aku mengacaukannya.

“Putri Fiona! mau kemana? Woohyun mana?” mataku menangkap sosok Sungyoon yang baru saja keluar dari mini market.

Seperti biasa, dia baru saja membeli cemilan untuk teman begadangnya.

“aku mencari Woohyun, apa dia tidak pulang?”

“huh? Bukannya Woohyun ke tempatmu?”

Aku mendesah. “ah! ini semua salahku” kataku.

“apa yang terjadi?” tanya Sungyoon yang mulai ikut bingung.

Pada akhirnya, aku pun menceritakan semuanya pada Sungyoon. Laki-laki satu ini memang menjadi tempat curhatku setelah Sungyeol. Mau bagaimana lagi, semua orang sangat sibuk dan hanya manusia ini yang biasanya rajin mengganggu hidupku. Dia juga sering ke apartemenku bersama Hyunwoo untuk bermain game dengan Myugsoo atau sekedar mengantar Hyunwoo yang ingin menerorku seperti biasa.

Setelah aku menceritakannya aku kembali berdiri dan bertekad untuk mencari Woohyun.

Oh iya! ngomong-ngomong saat aku bercerita tadi, kami duduk berjongkok di trotoar kompleks perumahan tepat di seberang minimarket. Mungkin kami sudah beberapa kali mendapat tatapan aneh dari orang yang lewat, tapi aku tak memperdulikannya karena pikiranku sangat kacau.

“pulanglah” kata Sungyoon.

“tidak bisa, aku harus menemui Woohyun”

“kau juga belum istirahat, kan? Sebaiknya pulang dan tidur dulu. Nanti kalau Woohyun pulang aku akan bicara dengannya”

“tapi…”

“sssttt! Jangan membantah kakak keduamu ini, oke?”

“kakak kedua jidatmu! Yasudah aku pulang. Besok aku akan kembali”

“hmmm… baiklah hati-hati. Jangan lupa mandi dan gosok gigi sebelum tidur, oke?”

Ck, aku hanya mengabaikannya. Meski perasaanku tak tenang, mungkin Sungyoon memang benar, aku harus pulang karena sekarang sudah gelap. Aku juga tak tahu dimana Woohyun saat ini. Pacar macam apa aku ini? sungguh banyak yang tidak aku ketahui tentang pacarku sendiri.

***

Semalam aku tak bisa tidur. Aku terus menghubungi Woohyun dan tak ada jawaban sama sekali darinya. Sungyoon pun juga tak mengangkat telepon dariku sekarang. Aku mencoba untuk berpikir secara positif.

Otakku yang lemot ini kenapa jadi sangat berpikir begitu keras sekarang, sih?. Perasaanku jadi campur aduk dan rasa penasaran pun tak terelakan.

“ngapain, sih? Mondar-mandir. Ganggu pemandangan, tahu tidak?”

“kalau ganggu tinggal tutup mata. Gampang, kan?”

Myungsoo hanya mendesah. Rupanya dia tak mengajakku berdebat pagi ini. Anak itu juga sejak aku kembali semalam tak lagi banyak bertanya. Mungkin dia paham kalau kakaknya sedang setres pakek banget.

Tanpa pikir panjang lagi, aku mengambil tas dan memutuskan untuk kembali lagi ke rumah keluarga Nam. Apapun yang terjadi aku harus bicara dengan Woohyun.

***

Pada akhirnya, aku memang sampai di rumah keluarga Nam. Aku pun membuka pintu gerbang besi berwarna coklat tua itu. Bukannya tidak sopan main buka-buka sendiri, tapi aku memang sudah biasa kesini dan rumah inisudah seperti rumahku.

“Hyunwoo-ya!” teriakku heboh dan berlari kecil menghampiri Hyunwoo yang sedang membantu menyiram tanaman bersama Boohyun.

good morning, gyu. Baru saja aku mau meneleponmu untuk ikut sarapan disini. Myungsoo mana?” kata Boohyun.

“Myungsoo tidak ikut, tadi sih dia sepertinya mau pergi kesuatu tempat” jawabku. Memang iya kok! Aku tidak asal bicara. Myungsoo memang tadi mau pergi. Hanya saja, aku tidak tahu pasti kemana dia akan pergi.

“oh, begitu”

noona, minggu depan aku  akan ikut pertunjukan ulang tahun sekolah. Datang, ya?” kata Hyunwoo. Anak ini sudah mulai bersahabat dan berbicara baik-baik denganku, loh!

“okey!”

“tolong kau yang datang, ya? soalnya kan kau tahu sendiri kalau Jihye sedang hamil tua, dia tidak bisa bepergian dulu. Aku juga ada sidang minggu depan, mungkin baru sempat datang siang. Nanti kau bisa pergi dengan Woohyun soalnya Sungyoon tetap harus di rumah menemani Jihye”

“ah, iya aku mengerti. Kalau begitu aku masuk dulu”

“baiklah”

Aku pun kemudian melangkah masuk dan begitu masuk ke dalam rumah aku sudah mencium aroma masakan yang luar biasa.

“wah! Enaknya”

Kataku begitu menemukan Jihye sedang memasak sesuatu di dapur.

“ah! Sunggyu-ya. Sudah datang rupanya”

“sini-sini aku bantu! Eonnie ini, sudah hamil tua masih saja memaksakan diri memasak. Kandungan eonnie kan lemah. Tidak boleh melakukan pekerjaan keras, tahu!”

“ayolah, aku tidak melakukan pekerjaan terlalu banyak. Woohyun juga membantuku tadi”

“woohyun? Kemana dia?”

“tuh, lagi jemur baju”

“oh, oke. Kalau begitu sini aku yang terusin, eonnie duduk saja”

“baiklah-baiklah, kau ini lebih cerewet dari Boohyun oppa, ya?”

Aku pun hanya menyengir. Mataku sesekali melirik kearah jendela yang mengarah langsung ke halaman belakang. Samar-samar aku melihat Woohyun sedang menjemur pakaian.

Perasaan bersalah pun mulai menyelimutiku. Saat ini aku benar-benar ingin berlutut dan minta maaf padanya. Tapi tidak enak dengan yang lain.

“kemarin bagaimana? Pasti kangen-kangenan, ya?”

Kata-kata Jihye tentu menohokku. Boro-boro kangen-kangenan, peluk dikit saja enggak. Malah kami justru terlibat kesalah pahaman yang memuat kami perang dingin saat ini. Ini sungguh melelahkan!

“tidak juga” jawabku sedikit dengan nada sendu. Habisnya, aku memang sedang sedih sekali.

“kenapa? Apa yang terjadi?”

“sebenarnya, kemarin kami bertengkar. Tapi eonnie tolong jangan cerita siapa-siapa dulu sampai semuanya kelar, ya?”

Jihye pun hanya mendesah dan menghampiriku sembari menepuk pundakku pelan.

“sudah jangan sedih, nanti kalian bicara baik-baik. Sebaiknya kau lebih mengalah sedikit, ya? soalnya Woohyun sedang dilema memutuskan untuk pergi wamil atau menundanya dulu”

“apa? dia mau pergi wamil? Secepat ini?”

“itu belum pasti, gyu. Sebaiknya kau ajak dia bicara dulu”

“tetap saja, eonnie”

Jihye lagi-lagi mendesah dan menepuk-nepuk pundakku. Bibirku terdiam dan kembali fokus dengan masakanku. Rasanya agak sakit, sih. Woohyun benar-benar kejam. Tega sekali dia mau meninggalkanku lagi bahkan sebelum aku sempat memeluknya dengan erat.

***

Saat sarapan pun tak ada obrolan serius. Aku juga banyak diam karena memikirkan Woohyun yang akan pergi mendaftar wamil bersama Sungyoon.

Tapi ternyata memang benar. Setelah sarapan selesai Woohyun mengatakan hal yang amat sangat menyakitiku.

“aku juga akan pergi wamil dengan Sungyoon Hyung” katanya dan membuat semua orang kaget.

“woohyun-ah! kita kan sudah sepakat kau hanya akan pergi setelah aku selesai wamil” kata Sungyoon.

“lebih cepat lebih baik, kan? Aku ingin cepat pergi dan selesai dengan cepat pula”

“Woohyun-ah, kau kan baru saja selesai belajar dari luar negeri, apa kau tidak mau beristirahat dulu di rumah?”

“aku hanya ingin menyelesaikan kewajibanku secepat mungkin Hyung”

Jihye terlihat mengelus pundah suaminya yang masih tampak tak percaya dengan keputusan adiknya. Aku sendiri tak berbicara sama sekali. Aku hanya diam dan menahan perasaan kesalku padanya.

Untuk saat ini, aku tak ingin minta maaf pada Woohyun. Laki-laki itu benar-benar membuatku cukup marah hari ini. Jadi, aku hanya akan minta maaf setelah dia meminta maaf padaku. Selesai.

“aku sudah selesai, aku baru ingat kalau ada urusn. Aku pergi dulu” kataku meninggalkan ruang makan begitu saja tanpa menunggu persetujuan yang lain.

“Sunggyu-ya!” panggilan Boohyun tak aku hiraukan.

Sebisa mungkin aku tak menoleh ke arah mereka lagi. Karena jika aku menatap kearah mereka maka hanya Woohyun yang akan aku tatap dan itu sangat sakit.

Mungkin semua orang sedang menatapku termasuk Jihye, Boohyun dan Susngyoon yang tampak memanggilku dengan nada khawatirnya. Tapi aku tak memperdulikannya, atau aku hanya akan menangis di depan mereka semua. Aku tak ingin terlihat menyedihkan.

“Woohyun-ah! apa yang sedang kau lakukan!” marah Jihye yang sempat aku dengar sebelum aku benar-benar keluar dari rumah keluarga Nam.

“Sunggyu noona!” panggil Hyunwoo begitu aku akan keluar dari halaman.

Wajahku akhirnya berpaling menoleh kearah sumber suara. Aku melihat sosok Hyunwoo yang menatapku khawatir. Dia lalu berlari menghampiriku.

Aku pun berjongkok dan memaksakan senyum meski aku yakin saat ini pipiku sudah basah. Hyunwoo adalah anak yang cerdas jadi mustahil aku berbohong kalau aku tidak menangis saat ini.

“nih!” di luar dugaan. Anak itu tak bertanya kenapa aku pergi dan kenapa aku menangis. Dia memberiku beberapa lembar tisu.

“terimakasih” kataku lalu mengambil tisu dari tangan mungilnya.

“jangan nangis di jalan nanti di lihatin orang”

“oke, aku akan menghapus ini dan berhenti menangis” jawabku.

Hyunwoo masih cemberut. Dia sepertinya tidak mempercayaiku. Anak itu lalu mengeluarkan selembar uang seratus ribu won. Entah dia dapat dari mana.

“ayo aku traktir makan es krim” katanya.

Sepersekian detik aku terkesikap dengan apa yang Hyunwoo katakan. Dia mau menghiburku meski wajahnya terlihat sok tak perduli. Aku pun tersenyum.

“aku makan banyak loh!”

“udah tahu!” jawabnya cuek lalu melangkah mendahuluiku tapi dia juga menari ujung dariku untuk lekas jalan.

Terimakasih Hyunwoo. Aku senang dan ini sudah cukup membuatku lega. Untuk sementara aku sanggup melupakan kesedihanku saat ini.

***

“WOOHYUN ITU SUDAH GILA, YA?!” teriak Sungyeol emosi.

“biar aku hajar dia, berani-beraninya dia mempermainkanmu begini!”

Aku tak bicara lagi, aku benar-benar tak memiliki tenaga untuk marah-marah saat ini. aku hanya sanggup terisak bodoh dan beruntungnya aku masih memiliki Sungyeol yang saat ini sedang memelukku meski dia sempat berteriak emosi.

“sudah-sudah, sejak awal aku kan sudah bilang. Jangan terlalu menaruh harapan padanya. Tapi kau ngeyel! Sekarang apa yang terjadi, hah? Dia mau meninggalkanmu lagi tanpa memperdulikan pendapatmu, kan?”

aish, aku marah sekali” dengusnya lagi.

Setelah kurang lebih 30 menit aku pun hanya meringkuk di sofa bed milik Sungyeol sembari menonton TV. Entah kenapa drama romantis yang sedang kutonton mendadak membuat moodku semakin jelek.

Kadang, aku ingin jika kisah cintaku seindah kisah cinta di dalam drama. Tapi semuanya tak berjalan dengan mudah, bertahun-tahun aku menjadi Long Distance Relationship tapi begitu kekasihku kembali, kami justru bertengkar, lalu belum sempat masalah kami selesai, kekasihku tiba-tiba memutuskan untuk pergi wamil.

Munurut kalian? Bagaimana perasaanku? Apakah aku bisa baik-baik saja?

Apakah aku tidak boleh marah sekarang?

Apakah saat ini aku bersalah jika aku marah?

Tidak lama kemudian ponselku berbunyi, aku hanya menatap ponselku malas. Rasanya aku tak berminat bicara dengan siapapun saat ini.

“myungsoo” kata Sungyeol yang sudah mengambil ponselku.

eoh, aku Sungyeol. Kenapa, myung?”

“iya, sepertinya dia tidak akan pulang. Jangan khawatir, dia aman bersamaku”

“hmm… baiklah, aku akan sampaikan ke noona-mu”

“hati-hati di jalan”

Setelah itu parcakapannya dengan Myungso berakhir.

“aku bilang pada Myungsoo kalau kau akan menginap. Sepertinya adikmu itu jauh lebih peka dari pada siapapun. Buktinya dia menanyakan apa kau baik-baik saja saat ini” kata Sungyeol.

“kurasa dia memang tahu aku sedang bertengkar dengan Woohyun”

“dia juga bilang kalau dia akan pergi bertanding ke Thailand besok. Wuah adikmu sudah jadi pro player rupanya”

“iya aku sudah tahu” jawabku singkat.

Sungyeol tampak mendesah. “ayolah, gyu. Aku pusing sendiri melihatmu begini”

Lagi-lagi aku tak memperdulikannya mataku menatap kosong ke arah layar TV. Sedangkan pikiranku melayang entah kemana.

“kau mau makan apa? atau mau makan di luar? Aku traktir steak? Bagaimana?”

“aku tidak mau makan”

“wagyu?”

Kalau biasanya aku akan langsung melompat dari tempatku begitu mendengar salah satu daging ter-enak dan super mahal di dunia itu, tapi kali ini rasanya sungguh tak menarik lagi bagiku.

“hah… kau sungguh menyia-nyiakan waktu cutimu Kim Sunggyu. Seharusnya kau bersenang-senang, bukan bersedih-sedih seperti ini dasar bodoh!”

Iya, masa cutiku mungkin memang sia-sia saat ini. Tapi mungkin jika aku tidak cuti, aku akan di pecat dari kantor karena tak konsentrasi bekerja.

Mungkin lebih baik begini.

Lagi-lagi aku merepotkan Minho untuk membantu mengurus waktu cutiku secara mendadak. Entah bagaimana aku harus berterimakasih padanya nanti.

***

Aku mendengar suara bel apartemenku berbunyi. Aku sengaja membiarkannya karena aku pikir Myungsoo akan membukanya. Tapi aku lupa kalau tadi pagi-pagi sekali Myungsoo sudah harus pergi ke bandara.

Padahal aku masih mengantuk sekali karena semalam aku tak bisa tidur saat berada di apartemen Sungyeol.

Akhirnya, kakiku pun melangkah malas membuka pintu.

“Woohyun?”

“aku merindukanmu, Kim Sunggyu”

Aku terdiam, lalu tiba-tiba terdengar suara bell pintu apartemenku lagi. loh? Kok? Pintu apartemenku terdengar lagi.

***

‘Ding Dong Ding Dong’

Dan ternyata, aku bermimpi. Kenapa rasanya aku ingin tertawa, ya?

Kim Sunggyu, betapa menyedihkannya dirimua sampai kau bermimpi Woohyun menemui. Wuah, aku sudah merasa kalau saat ini aku sedang terkutuk untuk terjerat selamanya pada seorang Nam Woohyun.

Kakiku melangkah malas menuju pintu apartemenku.

Tunggu! Tunggu dulu!

Kenapa ini seperti di mimpiku barusan?

Dengan cepat aku melangkah dan membuka pintu apartemenku.

“selamat pagi nona Kim, ada kiriman paket untuk anda”

Aku pun hanya mendesah kecewa. Ternyata seorang kurir jasa ekspedisi saja. Baiklah, silahkan tertawakan aku sepuasnya. Harapan hanyalah sekedar harapan dan mimpi tak pernah menjadi kenyataan. Initinya jangan terlalu berharap banyak Kim Sunggyu.

Kotak yang baru saja aku terima terlihat sangat cantik dan berwarna baby pink dengan pita berwarna Biru gelap.

Sejenak aku mengernyitkan dahiku. Sebelumnya aku tak pernah merasa memesan apapun. Setelah menerima kotak yang di berikan oleh kurir tadi aku langsung membawanya masuk dan membukanya.

Rupanya, kotak itu berisi sebuah diary book. Berisi foto-fotoku. Foto-foto yang aku kirimkan pada Woohyun melalui email. Sejak hubungan kami di mulai dan sejak Woohyun mulai belajar di Massachusetts. Disana juga terdapat tulisan tangan Woohyun dan entah kenapa air mataku jatuh perlahan begitu membaca halaman demi halaman tulisan tangan Woohyun.

Dear, Kim Sunggyu

Foto pertama yang kau kirimkan padaku. Cantik seperti biasa.

Maaf karena aku tak bisa menghubungimu sesering mungkin. Karena aku tak sanggup menahan rindu jika aku hanya mengingatmu saja. Aku hanya akan selalu ingin pulang dan memelukmu. Tapi tentu aku tidak bisa melakukannya.

Biayaya tiketnya mahal T_T

Mulai hari ini aku kerja part time untuk memebelikanmu tiket. Bersabarlah.

~NWH~

Kira-kira itu salah satu isi diary yang Woohyun tulis semala belajar di Massachusetts.

Aku sungguh tak meyangka Woohyun akan sanggup melakukan ini. Dia benar-benar tak mengabaikan semua emailku seperti yanga ku kira. Dia diam-diam mencetak fotoku dan menempalkannya di dalam buku seperti ini.

Aku pun melangkah keluar apartemenku dengan berlari seperti orang gila. Tapi belum juga melangkah satu meter keluar apartemen langkahku terhenti.

“mau kemana dengan pakaian begitu?”

Tanpa pikir panjang aku meleluknya. Aku hanya berharap kalau ini memang bukanlah sebuah mimpi belaka. Kalau pun ini mimpi, aku berharap jika mimpi ini akan berlangsung lama.

“kau pikir ini lucu, hah!”

“maaf”

“aku membencimu, Nam Woohyun”

Aku tak perduli dengan tetanggaku yang akan marah karena aku berteriak-teriak bodoh disini. Aku hanya ingin mengatakan seluruh isi hatiku padanya. Aku ingin melampiaskan semuanya sekarang juga.

Woohyun sendiri tak bergeming dan hanya terdiam saat aku melampiaskan kemarahanku padanya.

“jangan coba-coba pergi atau aku akan membunuhmu”

“aku tetap harus pergi, gyu”

“apa?”

“kalau aku tidak pergi, aku bisa di hukum oleh negara”

“tapi kan tidak dalam waktu dekat ini juga!”

“makanya dengar dulu kalau ada orang bicara. Aku akan pergi tapi setelah Sungyoon hyung selesai” kata Woohyun.

“hah! Kau ini!” rasanya lega dan senang. Aku memukulnya dengan bringas. Persetan dia akan kesakitan atau tidak. Lagi pula dia memang pantas untuk di pukul.

***

“Myungsoo sudah berangkat?”

“dari mana kau tahu?”

“semalam aku kesini, hanya ada Myungsoo. Dia bilang kau menginap di rumah Sungyeol, lalu dia juga mengatakan kalau dia akan pergi selama 3 hari ke Thailand untuk Turnamen”

“kau kesini?”

“iya”

“untuk apa?”

“bilang padamu kalau aku tidak jadi pergi wajib militer bersama Sungyoon hyung

Aku memicingkan mataku menatapnya tajam. “benarkah?”

“iya”

“kenapa berubah pikiran”

“ingin saja” jawabnya tak berhasil sama sekali memuaskan pertanyaanku.

Yasudahlah, toh aku juga ingin Woohyun tak pergi. Tapi tingkahnya tetap tak berubah. Dia tetap dingin dan raut wajahnya pun juga sangat datar.

Woohyun pun menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu sembari menyalakan televisi. Sedangkan aku pergi ke kamarku untuk mandi. Yakali, masak aku ikutan duduk menemaninya. Nanti kalau ada adegan romantis gimana? Aku jelas tidak mau kalau Woohyun tiba-tiba menjadi ilfeel dan mengurungkan niatnya untuk membatalkan pergi wamil gara-gara aku yang masih bau jigong. Kan tidak lucu juga kalau nanti kami ciuman, terus nafasku baunya abstrak. Well, just skip this moment.

Setelah selesai mandi pun aku dan Woohyun duduk bersama, ketawa ketiwi, senyum-senyum gaje membahas soal diary book-nya yang sempat membuat nangis bombay tadi.

“ya Tuhan! Aku baru sadar kalau wajahku mirip babi begini!”

Aku berteriak heboh saat melihat fotoku disana. Oke dulu aku memang gendut, semuanya bengkak dan tak heran kenapa Hyunwoo memanggilku putri fiona. Meski ujung-ujungnya dia menyebut putri fiona versi cantik, tetap saja aku tidak merasa begitu.

“loh ini kan ikan makarel gosong yang waktu itu!”

“Sungyoon hyung yang mengirimnya padaku” jawabnya

Wah! Choi, kau cari mati denganku rupanya.

“tenang, kemampuan memasakku sudah lebih baik sekarang”

“aku percaya”

“ngomong-ngomong, gadis itu masih mengikutimu?”

Woohyun berpikir sejenak. “siapa?”

“kibum”

“oh, aku tadak tahu”

Alisku mengerut. “kau membuatku khawatir”

“seharusnya aku yang khawatir”

“kenapa?”

Tentu aku bertanya-tanya, memangnya apa yang perlu di khawatirkan dariku. Toh, aku tak terlalu cantik, kaya ataupun pintar. Aku hanyalah perempuan biasa saja.

“aku tahu kau mendapat pernyataan cinta dari teman kerjamu”

Seketika, aku mematung. Kok Woohyun bisa tahu?

Kalau Woohyun bisa tahu, tentu sumbernya sudah pasti dari Sungyeol atau Sungyoon. Karena hanya mereka berdua yang mengetahui hal ini. Tapi aku yakin seratus persen bahwa pelakunya adalah Choi Sungyoon.

“kau bahkan terlalu bodoh untuk peka dengan sekitarmu”

Lihat dia mulai mengataiku bodoh dan tidak peka lagi.

“jangan terlalu cantik saat ke kantor. Bahaya” katanya lagi.

Bahaya bagaimana, sih? Aku benar-benar tidak mengerti dengan Woohyun. Karena aku pegawai kantoran, bukannya memang seharusnya aku tampil cantik? Aku bahkan susah payah diet dan melakukan perawatan. Kalau perawatan sebenarnya karena paksaan dari Sungyeol. Tapi aku merasa biasa-biasa saja, kok!

Tiba-tiba saja Woohyun memelukku dari belakang cukup erat. Dia meletakkan dagunya di pundakku. “apa kau tahu kenapa waktu itu aku sangat marah hanya karena mengetahui kau pulang dengan Minho?”

“kenapa?”

“karena aku tahu, Minho mencintaimu” jawabnya

“j-jangan konyol”

“aku tidak bercada. Dia adalah orang yang mengirim bunga dan tas padamu”

“kau tahu dari mana?”

“aku menyuruh Sungyoon hyung membobol CCTV apartemenmu sebelum aku pergi keluar ngeri” kata Woohyun yang jelas membuatku syok. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Sungyoon sanggup melakukan itu.

“Tapi aku diam dan pura-pura tidak mengetahui apapun. Aku hanya tidak ingin kau merasa terbebani”

Sejujurnya, aku cukup terkejut. Tapi aku juga tak begitu terkejut. Bagaimana menjelaskannya, ya? entahlah, aku juga tak tahu. Tapi aku sadar kalau perlakuan Minho selama ini memang agak berlebihan jika hanya sekedar teman kecil saja.

Aku memang menganggapnya sebagai sahabatku selama ini. Dengan begitu aku harap dia juga menganggapku sama. Tapi soal bunga dan tas, aku sama sekali tak tahu dan tak mengira kalau Minho bisa berbuat sampai seperti itu.

“tapi aku menganggapnya teman saja”

“aku tahu”

“apa sebaiknya aku kembalikan saja tasnya? Masih bagus kok”

“untuk apa? dia juga tak membutuhkan tas itu. lebih baik kau terima untuk menghargai perasaannya. Aku tidak masalah jika kau ingin bicara baik-baik dengannya. Tapi aku harap kau tak terlalu dekat dengannya karena jujur aku merasa tidak nyaman”

Iya, aku tentu tak akan sedekat itu dengannya jika mengatahui bahwa Minho berharap lebih denganku. Aku memang sempat berpikir kalau minho menyukaiku tapi aku tak tahu jika perasaannya bertahan sampai sekarang.

Sungguh aku tak enak pada Woohyun. Jika aku di posisinya tentu aku tak akan senang.

“maaf, aku benar-benar tidak tahu soal ini”

“tidak apa-apa”

“apa menurutmu aku bicara saja dengannya besok?”

“tentu”

“kalau begitu bolehkan aku pulang kerja bersamanya besok?”

Woohyun tersenyum dan mengacak membelai rambutku perlahan. “aku akan menunggumu disini”

Aku pun ikut tersenyu dan memeluknya. Mencium aromanya yang sangat aku rindukan. Aku rindu dan sangat rindu padamu Nam Woohyun.

“hyun”

“hum?”

“sejak aku menerimamu aku bersungguh-sungguh tidak pernah melihatmu sebagai remaja berseragam SMA. Aku benar-benar melihatmu sebagai laki-laki. Jadi berhentilah berpikir kalau aku masih menganggapmu anak-anak”

Aku tak tahu bagaimana ekspresi Woohyun karena aku masih tenggelam dalam pelukannya. Tapi aku bisa mendengar detak jantungnya tak seperti biasanya.

“terimakasih” katanya dan mencium puncak kepalaku.

Cinta tak membutuhkan alasan. Cinta seharusnya saling melengkapi bukan memaksakan untuk menyamai.

Begitulah aku dan Woohyun. Dia membantuku melengkapi segala kekurangan yang aku miliki. Terimakasih karena sudah pernah mengatakan padaku kalau aku adalah entitas yang jadi kekuatan sekaligus kelemahannya. Padahal aku sama sekali tak paham apa itu entitas. Dia bahkan memberikan teori plato untuk mendiskripsikan mengapa dia menyukaiku.

Sampai saat ini, aku benar-benar bersyukur dan bahagia.

===== TBC =====

 

annyeong!!! 

udah lama yaa… kangen gak sih sama author satu ini yang updatenya lemooongggzzz bingitttzz wkwkkwkw … 

terimakasih yaa.. sudah setia menanti dan bolak balik kesini.. pokoknya uri readers deul jjaang!!! 

saranghaeyo ❤

Author:

hai ... saya adalah anak manusia biasa yang terlahir dari keluarga sederhana. Hobi saya menulis dan membaca novel tapi kadang suka nyanyi gaje (di kamar mandi, dalem mobil, di dalem lemari). Saya seorang Inspirit sejak kenal lagu Be Mine! bias saya Namu alay yang alaynya nurun ke saya. Tapi bukanya puas dengan ketampanan Woohyun saya dengan gak tau dirinya masih nglirik Sunggyu. Jadilah saya seorang WGS. sekian dari saya... salam kenal Cr : KimAgassi

11 thoughts on “Complicated 8

  1. Ya ampun eon
    Begitu update kenapa short bgt kayak badannya woohyun?
    Aku mau yang long kayak badannya sungyeol
    Huhu
    Kapan mereka so sweet so sweet an sih eon
    Jarang liat mereka mesra mesra 😦

  2. ini pendek untuk ukuran tiga bulan sebenarnya. tapi aku senang unnie nyempatin update

    cepet lanjut dong thor. nggak sabar banget. kapan moment sweet mereka eoh…TT

    yang di wattpad juga ya thornim. pokoknya ditungguin deh…

  3. Tumben sekali ini pendek thor ff’y, gak suka ak tuh mana Woogyu berantem mulu, kapan mereka kisse2an😩😩😩
    But terimakasih sih ini ff masih di lanjut, jan lama2 thor update”y lagi n yg di wattpad juga di tungguin banget,❤❤🙏🙏

  4. Huuuuuwwwaaaa thornim sekali nya up langsung dibikin greget… Senyum-senyum gaje.. Pokok nya perasaan kek nano-nano lah… Btw thornim ini pendek sekali 😭… Thor ff yang ini jan lama” yak lanjut nya soalnya aku sering bolak balim ngecek kesini 😁😁

  5. Ku rindu Sunggyuuuuuu, dan INFINITE masa 😭😭😭
    Ntar kalo Woohyun wamil, barengan aja biar kangennya tambah berat terus comeback nya jg gak terlalu lama *maaf curhat sedikit* 🤣🤣🤣

    Udh jarang baca ff, tp masih ttp setia nunggu kelanjutan semua ceritamu, dilanjut SEMUANYA ya hahaha 🤣🤣🤣🤣
    Rentenir ff datang nih, dan next nya boleh dong minta moment mereka~ kisseu??? 🤣🤣🤣
    Ttp semangat ya thor-nim

  6. rinduu bgt sama ini cerita hikss, jadi kgen moment woogyu, tanggu jawab ya baper nih saya karena woogyu pluk2
    thx ya yoni udah lanjut lagi nulisnya. tetap semangat

Leave a comment